Dengue dan Herpes: Awalnya Hanya Gara-Gara Menganggap Sepele!

gejala demam dengue (foto sumber: simple.wikipedia.org)

gejala demam dengue (foto sumber: simple.wikipedia.org)

Sekitar pertengahan bulan April yang lalu, untuk pertama kalinya saya terserang dengue dalam hidup saya, alias demam berdarah. Saya tidak mengira di usia kepala tiga begini masih bisa terserang penyakit yang biasanya diderita anak-anak. Meskipun, yah.. zaman sekarang begini dengue pun bisa menyerang orang dewasa. Saya memang pernah membaca sebuah artikel di surat kabar sekitar satu bulan sebelumnya, bahwa bulan April 2016 diperkirakan akan menjadi puncaknya wabah dengue di Indonesia. Waktu itu yang terlintas di benak saya, “Wah..  insya Allah saya nggak kena.”

Yang terjadi malah kebalikannya. Selain ya bisa jadi teguran dari Allah untuk beristirahat, bisa juga karena saya terlalu menyepelekan kondisi lingkungan tempat saya tinggal. Waktu itu saya tinggal di sebuah area kos-kosan yang padat penduduk di daerah Jakarta Pusat, dikelilingi gedung pusat perbelanjaan. Saya tidak jarang pulang malam dari kantor karena pekerjaan yang banyak, dan juga… saya malas pulang cepat, karena di kos tidak ada hiburan, ha ha. Kamar kos sangat sempit yang hanya bisa memuat satu orang, pengap karena tidak berjendela. Selain itu, “Ah, dekat ini,” begitu selalu ucap saya dalam hati. Maksudnya jaraknya antara kos dan kantor sangat dekat, jalan kaki hanya 15 menit, naik gojek atau bajaj hanya 5-10 menit. Jadi, biasanya saya akan main ke mal dulu, sekadar cuci mata, ke toko buku, atau nonton film.

Rumah saya (maksudnya rumah orangtua saya) terletak di pinggiran Jakarta, yang bila ditempuh dengan kendaraan, karena saking macetnya bisa mencapai lebih dari dua jam. Berhubung kamar saya jarang ditinggali, jadi jarang pula dibersihkan kalau saya tidak pulang, padahal di dalam kamar saya itu ada kamar mandi yang masih menggunakan bak mandi. Kebayang lah air di dalam bak mandi itu yang tidak pernah atau lupa dikosongkan, meskipun kelihatannya bersih.

Tepat seminggu sebelum saya terserang dengue, saya sempat pulang ke rumah dan kamar dalam keadaan belum terlalu bersih, seperti biasa. Termasuk kamar mandinya dengan air yang masih penuh menggenangi bak mandi. Saya lihat air bak mandi tidak kotor, jadi ya sudah saya mandi, cuci muka dengan air dari bak tersebut, seperti biasa. Apalagi tubuh saya yang capek setelah melalui perjalanan panjang dari kos ke rumah membuat saya tidak ingin melakukan kegiatan bersih-bersih yang memberatkan, seperti mengepel dan menguras. Udara bulan Maret-April saat itu memang sesekali panas, sesekali hujan. Kalau sudah panas hawanya bisa sangat terik menyengat, namun kalau hujan, curahnya sangat lebat sehingga hawa pun berubah dingin. Sementara itu, di kamar kos yang tidak berjendela, saya sering merasa pengap karena tidak ada sirkulasi udara selain dari ventilasi kecil di atas pintu. Sesekali saja saya menyalakan AC karena saya tidak kuat udara dingin dari AC. Benar-benar keadaan yang tidak sehat, bukan?

gambaran mengenaipola penularan virus herpes (foto sumber: resolveherpes.com)

gambaran mengenai pola penularan virus herpes (foto sumber: resolveherpes.com)

Maka persis pada hari ke-7, tiba-tiba tubuh saya demam. Demam yang saya rasakan pun tidak biasa, meskipun saat itu tidak menggigil. Rasanya koq tubuh saya panas sekali, pusing sekali, berbeda dengan demam flu. Bahkan saya tidak berselera makan. Padahal, jika saya terkena demam flu, saya masih punya nafsu makan, dan sanggup makan banyak. Kali itu keadaan yang saya rasakan sangat berbeda. Tapi, saya belum mengacuhkannya karena saya pikir pasti hanya kelelahan luar biasa jadi saya perlu minum obat penurun panas dosis tinggi. Namun, ketika keadaan itu tidak berubah pada esok harinya, barulah saya berinisiatif ke rumah sakit. Dan ternyata, setelah suhu tubuh saya diukur oleh seorang perawat jaga (waktu itu saya ke rumah sakit malam hari sekitar jam 8), temperaturnya mencapai 40 derajat! My Gooodd!!

Terakhir kali saya demam tinggi itu waktu kecil, dan setinggi-tingginya juga paling banter 39 derajat. Saya sudah menduga berbagai kemungkinan. Jadi teringat lagi artikel yang saya baca. Tapi kepala pusing sekali bahkan untuk mengingat-ingat hal sepele, ah.. sudahlah! Saya pun langsung dilarikan ke ruang UGD oleh sang perawat jaga untuk diinfus dan diambil darah untuk dianalisa laboratorium. Dokter jaga menduga antara tifus atau dengue, tetapi harus dipastikan dulu dari hasil darahnya. Saya sendiri sih waktu itu belum merasa mual ya, meskipun selera makan sudah sangat berkurang. Selain itu saya tidak pernah jajan sembarangan. Apalagi saya punya maag, jadi kalau makan pasti pilih-pilih banget.

Kira-kira jam 10 atau 11 malam, dokter jaga dengan wajah prihatin memandang saya, lalu menunjukkan hasil tes darah.

Dengue Antigen NS1 Rapid              Positif

Artinya, saya positif kena demam berdarah.

Bagaimana pun, alhamdulillah saya punya inisiatif untuk ke dokter hanya selang waktu satu hari setelah saya terserang demam tinggi tersebut. Sehingga, penyakit saya bisa segera tertolong. Namun, yang menyebalkan, karena demam tinggi inilah, imunitas tubuh saya menjadi sangat lemah, dan saya terserang penyakit tidak biasa lainnya, yaitu… herpes!

Herpesnya pun tidak tanggung-tanggung (saya tidak mau menyebutkannya di daerah mana), yang jelas rasanya sangat perih sekali terutama setiap buang air. Saya pikir awalnya apakah saya terkena infeksi saluran kemih, namun setelah diperiksa dokter obgyn, saya dinyatakan terkena herpes simpleks. Yang menyebalkan, dokter itu menuduh saya yang tidak-tidak, padahal sungguh, demi Allah, seumur hidup saya tidak pernah melakukan hal-hal yang dilarang agama! (ha ha ha, nulisnya sampai esmosi begini :D)

Saya pun baca-baca artikel kesehatan di internet (meskipun dengan tangan nyeri dan bengkak karena infus) melalui ponsel, tanya sana-sini, termasuk tanya paman saya yang kebetulan seorang pakar dan profesor obgyn di Surabaya. Alhamdulillah, saya merasa lega dengan penjelasan beliau, juga dengan keterangan yang saya dapatkan dari sebuah majalah mengenai penyakit ini. Bahwa herpes simpleks tidak selalu dikaitkan dengan aktifitas seksual, dan siapa saja bisa terkena ketika daya tahan tubuh sedang sangat lemah alias drop. Apalagi, memang beberapa waktu sebelumnya, teman satu kantor saya ada yang terkena herpes, meskipun di bagian lain. Jadi, saya duga virus herpes yang saya dapatkan itu mungkin saja ditularkan oleh teman saya.

*

Merenungkan dua penyakit yang saya derita dalam satu waktu bulan April lalu itu, saya kini jadi semakin berhati-hati dengan kesehatan saya dan kebersihan lingkungan tempat saya berada.

Mencegah lebih baik daripada mengobati, mendapatkan vaksin adalah salah satu tindakan pencegahan terhadap penyakit. (foto sumber: inharmonyclinic.com)

Mencegah lebih baik daripada mengobati, mendapatkan vaksin adalah salah satu tindakan pencegahan terhadap penyakit. (foto sumber: inharmonyclinic.com)

Saya pindah kos ke kawasan yang lebih asri, masih di Jakarta Pusat, namun dengan jendela yang lebar serta sirkulasi udara yang lebih baik, luas kamar yang lebih besar, sumber air yang bersih, sehingga membuat saya betah di dalamnya. Sedikit lebih mahal tidak mengapa, yang penting saya bisa tinggal di dalamnya dengan rasa nyaman dan aman. Pokoknya kesehatan nomor satu dulu bagi saya, deh, ketimbang masuk rumah sakit. Lelah juga kalau nyaris setiap tahun saya harus diopname karena penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa saya cegah. (Baca artikel saya lainnya deh tentang riwayat penyakit saya: Sate 10 Juta, Anger to Myself)

Lalu, terakhir kali saya pulang ke rumah, tidak lupa saya kosongkan dulu bak mandi kamar hingga benar-benar kering dan surut. Kalau lagi rajin dan tidak capek, saya kuras sekalian isinya.  Di samping itu, sekalian isi bak mandinya saya banjur pakai cairan antiseptik biar kuman-kumannya pada mati, terlebih lagi setelah ditinggal 2-3 minggu, ha ha ha..

Kalau ke WC umum atau toilet publik, saya juga tidak lagi sembarangan masuk meskipun itu toilet dalam kantor. Maksudnya, jika dulu saya suka sembrono masuk ke toilet apa aja ketimbang mengantri, mulai sekarang saya kekeuh harus pakai toilet wanita. Dan itu pun pilih-pilih toiletnya, harus yang bersiih, sih, sih..! Saya juga sekarang selalu membawa tisu basah ke mana pun pergi buat jaga-jaga apabila saya tidak menemukan toilet yang bersih.

Bahkan jika perlu, seandainya suatu hari saya ditugaskan ke daerah-daerah atau negara-negara yang rawan wabah penyakit, saya akan membekali diri dengan vaksin dari klinik atau rumah sakit. In Harmony Clinic yang terletak di Jalan Percetakan Negara (kebetulan banget nih letaknya dekat sama kos saya sekarang), bisa menjadi referensi yang bagus untuk berbagai jenis vaksin yang dibutuhkan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Mulai dari influenza, tifus, hingga penyakit-penyakit berat macam Hepatitis, cacar air, bahkan vaksin untuk Human Papilloma Virus yang menyebabkan kanker serviks.

Ditilik dari pengalaman saya dengan berbagai penyakit, memang benar kata pepatah bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Meskipun penyakit itu kelihatannya kita anggap sepele dan dikira tidak akan menyerang kita… harreee geneee gitu loh! Siapa pun bisa kena penyakit apa pun! Yang namanya sakit dan dirawat di rumah sakit, mau masuk kamar kelas VIP-pun kemewahan itu tidak akan terasa tandingannya dengan yang kita rasakan selama menderita karena penyakit. So, beware and be healthy!

 

6 thoughts on “Dengue dan Herpes: Awalnya Hanya Gara-Gara Menganggap Sepele!

  1. Santi Dewi

    kadang memang kita tidak menyadari ya datangnya penyakit. Kepengennya sih kita gak kena penyakit, tapi apa daya, virus dan bakteri ada dimana2. Salam kenal 🙂

    Balas
  2. Ping balik: Berasuransi dan Syar’i! | "Rumah Corat-Coret" Punya Dina

  3. Ping balik: Pasca Rawat Inap dan Operasi, Lalu Apa? | "Rumah Corat-Coret" Punya Dina

  4. Ping balik: Pengalaman Beli Tiket di Tiket.com: Bisa Refund dan Dapat Poin – Travel & Kuliner Dina

  5. Ping balik: Dysuria: Anyang-Anyangan yang Bikin Perih Bukan Kepalang | "Rumah Corat-Coret" Punya Dina

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.