Bangga Menggunakan Jam Tangan Original Kesayangan

Punya jam tangan bersejarah itu memang susah melepaskannya. Terlebih lagi jika jam tangan tersebut pemberian atau warisan seseorang yang kamu sayangi, atau pernah menemani kamu dalah susah-senang hingga jalan-jalan ke luar negeri. Jam tangan yang saya punya pun juga begitu.

jam tangan original kesayangan saya yang telah menemani dalam suka dan duka selama lima tahun terakhir.(foto: dokpri)

Jam Tangan Original Kesayangan

Meskipun dari tampilannya kelihatan biasa banget, tapi jam tangan yang saya kenakan ini lumayan awet. Yah, sebab dia jam tangan original, jadi syukurlah nggak pernah rusak-rusak sampai sekarang. Kalau pun pernah ‘mati’, itu lebih karena batere pada jam tangan sudah habis masa hidupnya, dan bisa saya perkirakan biasanya akan ‘mati’ setelah dua atau tiga tahun berselang, tergantung jenis batere yang saya beli. Pernah juga jam tangan saya ini ‘mati’ karena ada salah satu mesinnya yang sudah lemah (saya sendiri lupa namanya apa, tapi bentuknya keciiil banget, nyaris berukuran mikro), jadi mesti diganti dengan mesin baru. Tapi, secara keseluruhan, jam tangan original yang saya punya ini masih bisa dipakai.

Baca lebih lanjut

Menikmati Karya Seni Negeri Sendiri di Galeri Nasional Indonesia

Kenangan berfoto di depan National Gallery of London tahun 2010. Hampir setiap kali saya lewat bangunan ini, saya sempatkan untuk masuk ke dalam museum dan berkontemplasi mengamati lukisan-lukisan di dalamnya. (foto: dokpri)

Memasuki museum atau galeri seni dan menikmati lukisan-lukisan yang dipajang sambil berkontemplasi, merupakan aktivitas yang saya sukai semasa berkuliah di Prancis. Terlebih lagi sewaktu saya berkesempatan mengunjungi ibukota Britania Raya. Jika kebanyakan orang Indonesia mungkin lebih suka ke pusat perbelanjaan seperti Harrod’s atau mencoba berbagai atraksi hiburan, saya justru menyempatkan diri masuk ke National Gallery of London beberapa kali setiap kali melewati bangunan tersebut. Mengapa tidak, museum ini sama sekali tidak memungut biaya bagi pengunjungnya alias gratis! Setidaknya, itu yang saya alami pada sekitar tahun 2010 yang lalu. Jika di kota-kota di Prancis, memasuki museum masih dipungut biaya (hanya hari tertentu saja gratis bagi mahasiswa dalam rentang usia tertentu), termasuk Louvre, maka di galeri yang satu ini, yang letaknya persis satu lokasi dengan Trafalgar Square, saya tidak perlu mengeluarkan kocek.

Baca lebih lanjut

Resolusi 2018 : Asa dan Harapan Dalam ‘Papan Mimpi’

Memang sudah cukup lama saya tidak menulis. Banyak hal yang terjadi selama masa-masa absen saya dari dunia per-blogging-an. Justru karena banyak hal yang terjadi itu, saya tidak tahu bagaimana menguraikannya ke dalam sebuah tulisan yang mudah dicerna, karena banyak hal yang ingin diceritakan, namun tidak bisa semuanya saya ungkapkan. Ada hal-hal yang menurut saya masih rahasia untuk dibuka ke publik. Tapi, daripada hati saya gelisah terus karena tidak saya tuangkan, mungkin lebih baik saya bercerita sekarang.

Baca lebih lanjut

Wishlist Saya di Blibli Histeria 1212

Hari Belanja Online Nasional, alias Harbolnas, juga nggak ketinggalan diikuti oleh situs e-commerce terbesar lainnya yaitu Bliblidotcom. Duuh… kalau saat-saat begini tuh saya kepengen banget membeli barang-barang impian yang sudah saya idamkan sejak lama. Bukannya kenapa-kenapa, soalnya diskonnya itu loh… sampai 80%! Bahkan banyak barang yang bakal dijual dengan harga Rp 12 ribu saja! Apa nggak bikin ngiler? 😉

Baca lebih lanjut

Beli Smartphone di Harbolnas Lazada

Foto saya berdua dengan Tara Basro menerima hadiah smartphone android keluaran Prancis, tahun 2015 yang lalu. (foto: dokpri)

Menjelang akhir tahun, Hari Belanja Online Nasional alias Harbolnas datang lagi. Kebetulan sekali, saya perlu banget mengganti smartphone saya yang kapasitasnya terbatas (walaupun usianya baru mau dua tahun). Ya, maklum smartphone yang saya punya ini hadiah doorprize dan dikeluarkan oleh perusahaan asing asal Prancis yang saat itu baru mau berekspansi ke Indonesia.

Meskipun akhirnya saya bisa punya ponsel android baru yang beda dari kebanyakan (pada zaman itu ;p), lama-lama semakin tahun berganti, tampaknya perusahaan tersebut tidak mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan penyedia alat telekomunikasi dari negara-negara raksasa teknologi Asia seperti Korea dan Jepang. Singkatnya, smartphone saya ini toh bisa dibilang ketinggalan zaman dan performanya sudah lapuk dibandingkan smartphone-smartphone keluaran Korea dan Jepang :D.

Baca lebih lanjut