Arsip Kategori: Sastra

Budaya Temanggung dan Problematika Petani dalam Novel Genduk

Kini, museum bukan sekadar menjadi tempat pemajangan barang-barang antik belaka. Dengan semakin banyaknya pilihan kegiatan berakhir pekan, museum-museum di Jakarta pun ikut menyemarakkan pilihan tersebut dengan mengadakan berbagai aktivitas terkait seni dan budaya. Salah satunya, Museum Nasional (atau disebut juga Museum Gajah) yang pada hari Sabtu, 30 Juli kemarin mengadakan bedah buku sekaligus pementasan kesenian daerah, yaitu tarian Jaran Kepang. Saya juga nggak terlalu ngeh kalau belum melihat wujud dari Jaran Kepang itu yang ternyata adalah kuda lumping. Lalu, apa hubungannya antara bedah buku dengan tari kuda lumping?

Para penari Jaran Kepang dalam acara peluncuran novel Genduk, berpose dengan Sundari Mardjuki (sang penulis novel), wakil bupati Temanggung Bapak Irawan Prasetyadi, Didik Ninik Towok. (foto sumber: dokumen pribadi)

Para penari JJaran Kepang dalam acara peluncuran novel Genduk, berpose dengan Sundari Mardjuki (sang penulis novel), wakil bupati Temanggung Bapak Irawan Prasetyadi, Didik Ninik Towok. (foto sumber: dokumen pribadi)

Baca lebih lanjut

Bincang Sastra Eka Kurniawan dan Lelaki Harimau

Penulis, sastrawan muda Eka Kurniawan akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat tidak hanya di negeri sendiri, melainkan juga di kalangan publik internasional, termasuk Prancis. Karya-karyanya seperti “Cantik itu Luka” atau “Lelaki Harimau” seperti yang teman-teman blogger ketahui mendapat banyak pujian di beberapa media cetak dan online seperti New York Times, The Guardian, Huffington Post, bahkan di situs sastra berbahasa Prancis Onlalu. (Kalau saya sendiri kapan ya? :D)

bincang sastra Eka Kurniawan (duduk paling kanan), Kamis 25 Februari 2016 di Auditorium Institut Prancis di Jakarta. (foto dok.pribadi)

bincang sastra Eka Kurniawan (duduk paling kanan), Kamis 25 Februari 2016 di Auditorium Institut Prancis di Jakarta. (foto dok.pribadi)

Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu suka membaca karya sastra, karena sering kali susah dipahami, ending-nya ngambang, dan kadang mengesankan rasa pesimis terhadap kehidupan. Walaupun tetap suka membaca buku, genre favorit saya tahun-tahun belakangan yang sifatnya lebih ringan dan harus membuat saya penasaran banget, seperti novel detektif, sehingga saya sanggup membaca sampai habis, ha ha ha..

Baca lebih lanjut

Serunya Writing Clinic Bersama Majalah Femina

Hari Sabtu tanggal 1 Juni 2013 menjadi begitu menyenangkan buat saya, karena saya terpilih menjadi salah satu peserta klinik menulis (writing clinic) yang diselenggarakan majalah wanita yang dibaca oleh mayoritas perempuan Indonesia, yaitu majalah Femina. Di writing clinic ini, saya juga berkesempatan bertemu dengan dua tokoh penulis kenamaan Indonesia, yaitu ibu Leila S. Chudori dan Iwan Setyawan. Kalian semua, terutama yang senang membaca novel, pasti sudah tidak asing lagi dong dengan kedua nama ini :).

Peserta Writing Clinic majalah Femina 2013

Peserta Writing Clinic majalah Femina 2013 bersama tim redaksi Femina dan dua bintang tamu (Leila Chudori & Iwan Setyawan)

Acara yang berlangsung hampir seharian (dari jam 9 pagi hingga jam 2 siang) bertempat di Aula Serbaguna gedung Femina di Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan.  Mayoritas peserta berasal dari kalangan blogger, meskipun ada juga yang sudah pernah menghasilkan sebuah novel. Dan, nyaris semua pesertanya adalah perempuan :). Femina benar-benar menghargai wanita, deh. Selain itu, acara ini juga menghadirkan para pemenang Sayembara Mengarang Cerpen dan Cerber Femina tahun 2012, yang menulis karya-karya yang memuat unsur lokalitas atau daerah, seperti  di Aceh dan di Sanggau, Kalimantan Barat.

Baca lebih lanjut

Puisi Ariel: “Saya Lebih Baik Diam”

Jika saya bercerita sekarang,
Maka itu hanya akan membuat sebagian orang memaklumi saya,
Dan sebagian lagi akan tetap menyalahkan saya,
Tetapi itu juga akan membuat mereka memaklumi dunia yang seharusnya tidak dimaklumi,
Dan tidak ada yang dapat menjamin apakah semua dapat memetik hal yang baik dari kemakluman itu,
Atau hanya akan mengikuti keburukannya
Maka lebih baik saya diam.

Baca lebih lanjut