Bermain Piano, Bermain Rasa dan Nada

Piano Impian: perpaduan antara upright piano dan piano digital. Semoga suatu hari saya bisa memilikinya :). (foto: yamahamusiclondon.com)

Sudah sejak lama saya merindukan bermain piano kembali. Piano saya yang sudah usang terpaksa saya jual karena dimakan rayap selama dua tahun saya tinggal pergi kuliah ke Eropa. Almarhumah Ibu sempat ngotot untuk tetap menyimpannya, meskipun selama kepergian saya piano tersebut sama sekali tidak pernah di-stem*). Namun, pada akhirnya beliau merelakan saya menjual piano tersebut karena kerusakan yang dialaminya memang sudah sangat parah, yang tidak memungkinkan untuk diperbaiki. Kalau pun bisa diperbaiki, akan memakan biaya seharga piano baru itu sendiri.

Jenis-Jenis Piano

Alat musik yang katanya diciptakan untuk pertama kali sekitar tahun 1700-an di Italia ini awalnya disebut pianoforte, yaitu piano yang menggunakan pedal di kaki untuk mengatur panjang pendek nada yang keluar. Ini juga yang membedakannya dengan pianika, organ dan piano electone yang menggunakan listrik (meskipun piano digital zaman sekarang juga menggunakan pedal). Namun, pianoforte tidak perlu menggunakan listrik saat memainkannya, dan tuts-tuts pada papan keyboard terbuat dari kayu. Di sini terasa perbedaan sentuhannya saat menggunakan tuts dari kayu dengan tuts plastik yang terdapat pada piano elektronik. Kalau buat orang yang sudah terbiasa atau lebih senang memainkan pianoforte,  bermain piano elektronik dengan tuts plastik rasanya kurang ‘ngena’.

Grand Piano, dawai atau senarnya dipasang secara horisontal sehingga memakan banyak tempat. Namun kualitas suara yang dihasilkan pun jauh lebih unggul dibandingkan piano biasa. (foto: httpscommons.wikimedia.orgwindex)

Setahu saya, di dunia ini ada tiga jenis piano: grand piano, upright piano atau piano vertikal, dan piano elektronik. Perbedaan grand piano dengan piano vertikal adalah pada susunan dawai atau senarnya; kalau grand piano yang biasa dimainkan oleh pianis profesional mempunyai susunan senar horisontal. Oleh karena senarnya disusun memanjang ke samping, makanya bentuk pianonya pun memanjang dan banyak menyita ruangan. Tapi kualitas nada yang dihasilkan pun juga yang terbaik, makanya piano jenis ini juga sering digunakan untuk acara konser.

Kalau piano yang pernah saya punya disebut piano vertikal. Selain bentuknya lebih ringkas (ia memanjang ke atas karena senarnya juga disusun secara vertikal), harganya juga jauh lebih murah, he he.. . Meskipun ya zaman sekarang ini harga piano vertikal pun sudah tidak ada lagi yang di bawah angka lima jeti, kecuali kalau mau beli piano second.

Upright piano atau piano vertikal, susunan senarnya memanjang ke atas. Piano semacam ini yang dulu pernah saya miliki sewaktu belum dimakan rayap. (foto: scommons.wikimedia.orgwindex.php)

Perawatan untuk kedua jenis piano di atas harus dilakukan dengan rutin. Penempatan pianoforte yang bahan-bahannya didominasi unsur kayu sebaiknya harus dijaga jangan sampai lembap. Akan lebih baik lagi jika ia ditempatkan di ruangan ber-AC atau di udara yang kering, karena musuh bebuyutan kayu itu pastinya si serangga super imut bernama rayap :D. Selain itu, ada lagi musuh utama lainnya sang piano, yaitu tikus. Hama yang satu ini, tidak hanya hobi berlomba-lomba dengan rayap dalam menggerogoti kayu, tetapi juga mengacak-ngacak serta menggigiti senar piano.

Digital Piano Roll-Up: Cocok Buat Penggemar Piano yang Mobile

Maka itu, saya bermimpi suatu hari bisa memiliki piano digital atau piano elektronik, namun dengan kualitas nada suara dan tuts sekelas pianoforte. Sudah banyak merk-merk piano yang dominan di pasaran seperti Yamaha dan Casio juga memproduksi piano digital dengan kualitas prima, namun harganya juga tidak kalah tingginya dengan pianoforte, he he..  . Acap kali saat mendengar seseorang bermain piano, entah itu pianis jazz kontemporer seperti Joey Alexander, atau pianis pop Amerika Serikat Jim Brickman, rasanya ingin kembali memainkannya. Apalagi saya masih menyimpan banyak partitur lagu-lagu instrumental favorit.

Jim Brickman, pianis kontemporer Amerika Serikat favorit saya yang permainannya cenderung romantis dan sedikit jazzy, tapi ringan dan ear-catching. (foto: the smithcenter.com)

Tapi buat orang yang mobile seperti saya, mempunyai piano itu masalahnya susah digotong-gotong ke sana-ke mari karena bobotnya yang lumayan berat, paling tidak 7 kilogram untuk piano elektrik (bedakan dengan pianika ya :D, jumlah tutsnya tentu lebih sedikit dan suaranya sudah pasti beda dengan pianoforte). Tidak seperti gitar atau biola yang cukup dengan memanggulnya di bahu, kalau membawa-bawa piano bepergian tuh rasanya merepotkan, kecuali kalau profesi saya memang musisi :).

Sambil browsing-browsing di beberapa situs e-commerce, saya baru tahu bahwa di luar negeri sana sudah ada jenis piano lainnya yang lebih ringan untuk dibawa ke mana-mana, namun kualitas nada suaranya hampir mirip seperti organ dan bahkan pianoforte, dengan jumlah tuts mencapai 61 buah selayaknya piano biasa. Piano yang satu ini bahkan bisa dilipat dan bisa dimasukkan ke dalam tas, dan untuk memainkannya cukup disambungkan ke laptop yang sedang menyala, atau bisa menggunakan baterai. Jenis piano semacam ini disebut digital piano roll up. Harganya pun lumayan terjangkau, mulai dari kisaran Rp 500.000,- hingga maksimal sekitar Rp 1.000.000,- tergantung jumlah tutsnya.

Beli Digital Piano Roll-Up via Shopback: Dapat Cashback!

Untungnya lagi, digital piano roll up kini juga bisa didapatkan melalui e-commerce di Indonesia seperti Lazada, dan kalau membelinya via Shopback, calon pembeli akan mendapatkan  bonus cashback alias uang kembali. Shopback merupakan sebuah online platform yang mengumpulkan  sekitar 1300 e-commerce dari seluruh Asia Tenggara, dan Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk ke dalam jaringannya. Ada lima negara yang tergabung dalam Shopback, yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Thailand dengan negeri yang terkenal dengan ikon Singa Merlion sebagai pusat operasionalnya.

Shopback, online platform yang mengumpulkan lebih dari 1300 situs e-commerce dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (foto capture: dokpri)

Jika saya mengetik kata “piano” pada kolom pencarian Shopback, selanjutnya akan muncul berbagai pilihan produk piano yang ditawarkan oleh situs-situs e-commerce yang bermitra dengan Shopback, seperti Bukalapak dan Lazada. Ada banyak lagi situs e-commerce lainnya yang berkolaborasi dengan Shopback, sesuai dengan produk yang Anda cari. Bahkan Anda juga bisa mencari tiket pesawat dan hotel melalui Shopback dengan tetap mendapatkan cashback.

Untuk jenis digital piano roll up, ada satu dari tiga piano yang saya incar di Shopback, yaitu 61 Key Electronic Piano Keyboard Silicon Flexibel Roll Up Piano Sustain Function. Namanya panjang bener yah, ha ha ha… Maksudnya sih digital piano roll up yang satu ini jumlah tutsnya 61, yang artinya hampir menyamai jumlah tuts pada piano konvensional. Selain itu bahannya terbuat dari silikon yang fleksibel dan bisa digulung, makanya disebut silicon flexibel roll up.  Harganya pun hanya Rp 891.000,- jika pembelian diklik melalui situs Shopback.

salah satu piano digital roll up yang saya incar di Shopback. (foto capture: dari situs shopback.co.id)

Cara menggunakan situs Shopback pun mudah. Saya tinggal mengklik barang yang diinginkan (misalkan 61 key electronic piano keyboard silicon seperti gambar di samping), lalu beberapa detik kemudian saya akan digiring ke situs e-commerce yang menjual produk digital piano roll up tersebut. Setelah melakukan pembayaran, maka cashback akan masuk secara otomatis di akun Shopback si pembeli, lalu bisa diklaim setelah jumlah cashback mencapai minimum Rp 50.000,-. Info lebih lengkap mengenai cara menggunakan Shopback dapat teman-teman akses di halaman ini: Cara Menggunakan Shopback.

Andaikan saja dari dulu saya tahu belanja online bisa dapat cashback, lebih baik saya belanja berbagai barang melalui Shopback saja ya. Namanya cewek, pastinya senang yang diskonan dan belanja malahan bisa dapat uang tambahan. Semoga saja impian saya mendapatkan digital piano roll-up bisa terwujud melalui Shopback, dan saya bisa bermain piano kembali, karena bermain piano bagi saya adalah bermain nada dan rasa yang mengasah kepekaan jiwa :). ***

*) stem piano: memperbaiki piano, service atau perawatan khusus untuk piano secara teknis agar nada suara tetap jernih dan tidak sumbang.

12 thoughts on “Bermain Piano, Bermain Rasa dan Nada

  1. Prima Hapsari

    MBak DIna jago main piano yaaa, saya belajar kok ngga bisa-bisa, pernah kursus cuma beberapa kali dan lupa lagi. Di rumah ada dua keyboard dan lama banget ngga dipakai karena adaptor rusak, sayang banget sebenere kalau beli jutaan. Cari adaptor ah biar bisa main keyboard lagi. Semoga impiannya dapat piano terkabul yaa 🙂

    Balas
  2. belinda888kusumo

    Wuah lihat artikelnya jadi ingat cita – cita saya dari kecil yang belum kesampaian. Dirumah ortu saya ada piano. Saya baru saja 2 minggu privat dg guru saya menyusul adik & mama. Eh gurunya sudah bagus tidak kembali. Semoga suatu hari bisa meneruskan impian ini. Terima kasih untuk sharingnya.

    Balas
  3. Ping balik: Memilih Piano Second di Prelo: Piano Bekas Berkualitas | "Rumah Corat-Coret" Punya Dina

  4. Ping balik: Wishlist Saya di Blibli Histeria 1212 | "Rumah Corat-Coret" Punya Dina

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.