Arsip Tag: investasi

Workshop Menulis Moola (dan Tetek-Bengek Lainnya…)

Terhitung sudah satu bulan saya tidak meng-update isi blog pribadi saya di sini. Selain waktu itu saya masih bekerja kantoran dan pekerjaan sungguh menumpuk, plus saya juga double job mengerjakan terjemahan, disambung acara keluar kota bertubi-tubi mengikuti acara di Puncak, lanjut ke Indonesia Community Day di Jogja 2017 yang diselenggarakan Kompasiana, dan terakhir ke Bandung pada akhir Mei ini untuk menjadi pembicara sebagai alumni PPI Dunia di kampus Unpad, membuat saya nyaris melupakan blog pribadi saya. Selain itu, saya juga sedang membangun satu blog pribadi lagi dengan tematik traveling serta kuliner di travelkulinerdina.net.

Bersama para peserta workshop Moola.id, mengenal teman-teman baru dan menambah jejaring. (Photo Credit: twitter moola.id)

Walaupun begitu bukannya saya nggak nulis sama sekali. Saya tetap membuat artikel resensi film untuk Kompasiana (berhubung saya admin komunitas film di situ), dan saya juga diberi tugas mengerjakan ‘Tantangan Menulis 30 Hari’ dari workshop yang saya ikuti bersama Mbak Ollie Salsabila dan Teh Ligwina Hananto. Selain itu, mungkin karena saya terlalu idealis—maksudnya kalau nulis di blog pribadi ya gaya penulisan harus sesuai dengan ‘nafas’ idealisme saya, jadinya malah nggak nulis-nulis 😃. But here I am back since I become jobless for once again but still overwhelmed with so many activities until this early Ramadhan. Yah alhamdulillah, deh, jobless bukan berarti saya bengong, tapi malah makin sibuk. Semoga saja juga diikuti dengan rejeki yang membaik, he he… amin.

Baca lebih lanjut

Cerita Pengalaman Menabung

konsep menabung diajarkan oleh almarhumah ibu saya sejak kecil. (foto sumber: tribunnews.com)

konsep menabung diajarkan oleh almarhumah ibu saya sejak kecil. (foto sumber: tribunnews.com)

Sejak kecil saya sudah diajarkan oleh almarhumah ibu saya untuk menabung. Berbagai cara dilakukan untuk menabung, mulai dari mengisi celengan dengan sisa uang jajan di sekolah, hingga membuka rekening tabungan yang pada masa itu bisa dilakukan di kantor pos dekat rumah. Supaya saya lebih giat lagi menabung, saya suka membuat celengan dari kaleng-kaleng bekas susu bubuk dengan melubangi tutupnya seukuran koin, lalu menghiasinya dengan kertas kado warna-warni. Kalau menabung di kantor pos biasanya diwakili oleh ibu saya, karena saat itu saya belum cukup umur, he he he… Almarhumah ibu pernah berkata pada saya, “Kalau menabung di tabungan uangnya akan bertambah.” Wow, konsep yang diajarkan ibu membuat saya mulai tertarik pada uang.

Baca lebih lanjut

Wujudkan Impian Melalui Berinvestasi Dengan Mudah Bagi Orang Awam

Menginjak usia pertengahan kepala tiga, sudah dapat dipastikan kebutuhan akan semakin banyak. Baik bagi yang single, apalagi yang sudah menikah dan mempunyai anak. Di sini saya berbicara khususnya mewakili kaum wanita, karena memang biasanya wanita itu apa-apa serba dipikir dan kesannya jadi repot, ha ha… Bagi wanita single seperti saya, meskipun belum menikah apalagi belum punya anak, berbagai hal sudah dipikirkan dan dirancang untuk menunjang masa tua dan pensiun dengan tenang, terutama dari segi ekonomi. Inginnya sih bisa menabung mulai dari sekarang yang katanya usia paling tepat untuk mulai menabung, lalu bisa menuai hasilnya di masa tua, buat beli rumah, buat liburan, buat jalan-jalan, tapi yang nggak bikin repot dan hasil tabungannya lumayan supaya tua tinggal ongkang-ongkang kaki :D. Banyak maunya ya…

impian setiap orang, termasuk para wanita, di hari tua: rumah, kendaraan, bisa liburan atau jalan-jalan bareng keluarga. (foto ilustrasi: desaindenahrumah.com)

impian setiap orang, termasuk para wanita, di hari tua: rumah, kendaraan, bisa liburan atau jalan-jalan bareng keluarga. (foto ilustrasi: desaindenahrumah.com)

Tapi, begitulah. Makin beranjak usia makin banyak yang dipikirkan dan dikerjakan, terutama pada saat usia produktif. Dalam hal menabung, saya nggak mau mikir yang ribet-ribet lagi karena inginnya sudah ada sistem otomatis yang mengerjakannya. Dan pilihan itu jatuh kepada investasi. Kan, ‘katanya’ manfaat berinvestasi jauh lebih besar daripada menabung, selain hasil yang didapat lebih banyak, ‘katanya’ kita juga ikut membantu perekonomian negara. Loh, apa hubungannya investasi dengan membantu perekonomian negara?

Baca lebih lanjut

Berasuransi dan Syar’i!

Berbicara (lagi) tentang asuransi, saya sudah cukup lama menjadi nasabah pemegang polis asuransi kesehatan dari AIA, tepatnya sejak bulan September 2011. Namun, sebenarnya saya mengenal nama AIA sudah jauh lebih lama ketika sering diajak orangtua bepergian keluar negeri sewaktu kecil. Berhubung bepergian ke negara-negara yang memerlukan visa juga mensyaratkan adanya asuransi perjalanan, maka setiap kali mengurus visa, ibu saya biasanya menyertakan asuransi perjalanan dari AIA.

Bapak Frizt Ananda (berdiri) selaku Marketing Business Partner Manager AIA Financial memberikan penjelasan tentang AIA Sakinah Assurance dalam acara talkshow "Blogging & Beyond Valuklik" (ki-ka: Shintaries-Blogger Perempuan, Alfred Lucky Chandra-Valuklik, mba MC)

Bapak Frizt Ananda (berdiri) selaku Marketing Business Partner Manager AIA Financial memberikan penjelasan tentang AIA Sakinah Assurance dalam acara talkshow “Blogging & Beyond Valuklik” (ki-ka: Shintaries-Blogger Perempuan, Alfred Lucky Chandra-Valuklik, mba MC). Foto: dok.pribadi

Jadi, AIA sebenarnya sudah tidak terlalu asing bagi saya. Namun, mempunyai asuransi kesehatan untuk pertama kalinya tanpa campur tangan orangtua, ya asuransi dari AIA. Kolega dari kantor lama saya yang juga kebetulan merangkap sebagai agent AIA lah yang menawarkan paket asuransi Hospital & Surgical Plus kepada saya. Melalui paket Hospital & Surgical Plus AIA ini, saya mendapat perlindungan menyeluruh ketika saya diharuskan untuk rawat inap di rumah sakit karena sakit, operasi atau kecelakaan. Menyeluruh artinya, proteksi yang saya dapatkan tidak hanya untuk biaya rawat inap, tetapi juga untuk biaya-biaya lainnya yang terkait dengan perawatan di rumah sakit, seperti obat-obatan, biaya dokter, biaya operasi, biaya UGD, biaya ICU, biaya alat-alat kesehatan, pokoknya semua, deh. Jadi, ketika saya didiagnosa suatu penyakit oleh dokter dan disarankan untuk opname, saya tidak perlu membayar DP yang memberatkan lagi (biasanya di kisaran Rp 1 juta ke atas), karena tinggal gesek kartu asuransi AIA saja. Artinya, kartu asuransi AIA yang saya punya ini sifatnya cashless, tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun di awal.

Baca lebih lanjut

Investra Link : Pilihan Asuransi Kesehatan dengan Nilai Investasi Terbaik

Beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis artikel di blog tentang pengalaman saya berlangganan asuransi kesehatan. Berhubung saya dulu pernah menderita penyakit berat, dan pernah diopname dua kali di rumah sakit, bagi saya memiliki asuransi kesehatan memberikan manfaat besar buat saya.

TINGGAL DI MANA PUN, BERISIKO TERKENA PENYAKIT

Kalimat di atas bukan untuk menakut-nakuti, tetapi memang benar adanya. Zaman sekarang yang memberikan berbagai kemudahan baik dalam fasiitas maupun layanan, justru sering kali membawa juga dampak negatif bagi kejiwaan seseorang, yang nantinya akan berpengaruh pada kesehatannya juga. Contoh mudahnya, penyakit stress yang banyak dialami penduduk kota besar. Karena sudah terlena dengan berbagai kemudahan yang membuat waktu terasa bergerak cepat dan ingin semuanya serba mudah, apabila ada satu hal yang ternyata berjalan tidak sesuai dengan rencana, menimbulkan rasa cemas dalam diri kita. Apabila hal ini terjadi berulang-ulang, rasa cemas yang menumpuk di salah satu titik dalam tubuh mempengaruhi kerja organ tubuh sehingga berfungsi tidak normal dari biasanya. Misalnya, aliran darah terpacu lebih cepat, sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi dan si penderita mengalami sakit kepala hebat. Kalau stress ini menjadi kebiasaan, bisa saja suatu hari mempengaruhi organ tubuh lainnya, berakibat pada penyakit yang lebih berat seperti jantung koroner, atau kanker. Yah, Alhamdulillah sampai sekarang sih saya tidak pernah ‘memelihara’ rasa stress itu sampai berlarut-larut :D. Kalau persoalan sudah menumpuk, yah tinggalkan sebentar, menenangkan diri dengan mengalihkan perhatian ke kegiatan yang menyenangkan untuk beberapa waktu.

Punya Asuransi Kesehatan? Wajib Hukumnya! (gambar sumber: bisniskeuangan.kompas.com)

Punya Asuransi Kesehatan? Wajib Hukumnya! (gambar sumber: bisniskeuangan.kompas.com)

Bagaimana dengan mereka yang tinggal di kota kecil, apakah ada risiko menderita penyakit juga? Bisa saja. Misalkan, wabah penyakit yang penyebarannya diakibatkan oleh spesies hewan tertentu. Bisa juga penyakit tersebut timbul akibat pencemaran kuman-kuman karena sanitasi lingkungan di sekitarnya tidak bersih. Bisa juga penyakit yang diakibatkan dari makanan yang sudah basi. Dan berbagai hal lainnya.

Apa pun penyakitnya, saya tetap menyarankan setiap orang punya asuransi kesehatan. Dari yang penyakit kista yang mengharuskan saya untuk dioperasi skala besar (alias bius total selama 3 jam), sampai penyakit yang tidak saya kira bakal sampai tertular ke saya gara-gara makanan yang tercemar, maka asumsi saya, siapa pun bisa terkena penyakit apa saja. Oleh karena itu, saran saya adalah bekali diri Anda dengan asuransi terbaik, yang memberikan perlindungan menyeluruh untuk berbagai jenis penyakit, dengan nilai pertanggungan yang cukup sehingga Anda tidak perlu repot mengeluarkan uang lagi.

Baca lebih lanjut